KEBUMEN – Film “Melawan Arus” besutan Eka Saputri dari SMK Negeri 1 Kebumen berhasil menyabet Film Fiksi Pendek Pelajar Terbaik diajang Malang Film Festival (Mafifest) 2018.
Malam penganugerahan festival yang memasuki tahun ke-14 digelar pada Sabtu, 7 April 2018 di Hellypad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Salah satu dewan juri, Lulu Ratna mengatakan, “Melawan Arus” dipilih karena mampu mengoptimalkan bahasa visual meski masih menyisakan pesan verbal.
“Konten film yang diangkat cukup berani dan menguji kepekaan setidaknya bagi pembuat film seusia pelajar,” terangnya.
Film berdurasi 10 menit ini bercerita tentang perjuangan petani Urut Sewu Kebumen. Perempuan petani bernama Siti yang percaya bahwa proses penangkapan suaminya, Yono, merupakan fitnah akibat konsekuensi rumit dari sengketa tanah antara petani dan TNI yang tak berkesudahan. Situasi tak menentu berujung pada keinginan pindah Yono yang ditolak Siti.
Menurut Eka Saputri, film tersebut terinspirasi kakak kelas yang tahun lalu menggarap dokumenter pendek petani Urut Sewu dan sempat menjuarai di Mafifest 2017 di kategori Dokumenter Pendek Pelajar.
“Ada kesempatan mewujudkan ide yang sama namun dalam film fiksi pendek yang semoga bisa kembali mengingatkan bahwa perjuangan petani Urut Sewu masih berlanjut, terutama dikuatkan peran perempuan yang turut melawan,” jelas dia.
Produksi film pendek “Melawan Arus” bersama dua film pendek lain terwujud lewat kerja kolektif dan kolaboratif program Sinema Kedung Meng Desa-Desa (SKMDD) dari Sinema Kedung pada 11 Agustus-5 November 2017 yang pada pelaksanaan tahun kedua tersebut menghadirkan lokakarya produksi difasilitasi CLC Purbalingga.
Program di bawah naungan Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) yang didukung penuh bantuan untuk masyarakat film dari Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) serta Perpusda Kebumen, Roemah Martha Tilaar Gombong, dan Sangkanparan Cilacap.
Direktur Komunitas Sinema Kedung Kebumen Puput Juang mengatakan, film sebagai medium gambar dan suara bisa menjadi pilihan tepat menyuarakan keberpihakan terhadap posisi rakyat yang masih terpinggirkan.
“Seperti terjadi pada nasib para petani Urut Sewu yang masih menggantung karena pemagaran lahan pertanian mereka,” kata Puput Juang.
BANGKIT WISMO
Braling.Com
0 komentar:
Posting Komentar