Ketoprak Dangsak

Pentas Ketoprak Dangsak "Reksa Mustika Bumi" kolaborasi Cepetan Alas dengan Ketoprak. Pentas ini digelar DKD Kebumendi PRPP Jateng [Foto:AP]

Lengger Banyumasan

Pementasan seni tradisi lengger dari Dariah; tokoh legendaris"Lengger Banyumasan"

Suro Bulus, Parodi Satire Ketoprak Rakyat

Lakon carangan "Suro Bulus" yang merupakan manifestasi perlawanan masyarakat tradisi terhadap kejahatan korporasi tambang

DRAS SUMUNAR, Tetet Srie WD

Pagelaran "Serat Dras Sumunar" karya Tetet Srie WD di Roemah Martha Tilaar Gombong

Dewa Ruci

Pentas wayang dengan lakon "Dewa Ruci" dalam Festival Dalang Anak di Banjarnegara. Tiga dari empat dalang cilik Kebumen sabet juara [Foto:AP]

Senin, 12 Oktober 2015

Tradisi "cowongan" Gunung Selok

Senin, Oktober 12, 2015


Tetua adat melakukan ritual "ngundhuh cowong" di situs "pundhen Sumur Windu" bertepatan dengan waktu terbenamnya matahari di kawasan Gunung Selok, desa Karangbenda, Adipala [Foto: Arp-MKGS]

I

Kemarau merentangkan umur musimnya lebih panjang dari yang biasa diperhitungkan khalayak. Ia telah melampaui hari-hari, melebihi apa yang dipedomani pranoto-mongso dalam almanak tradisional masyarakat agraris Jawa. 

Spektrum agraria dewasa ini tengah dipenuhi oleh kabar buruk eksploitasi sumber daya alam; ancaman terhadap ruang hidup tengah merajalela dimana-mana. Lahan pertanian tergusur, banyak sumber air hilang mengering, rimba yang terbakar mengasapi gerah ruang langit. 

Di tengah situasi demikian tragis, penguasa bermain-main dengan segala kebijakan yang ruwet buat dipahami nalar rakyat, kecuali hanya oleh meluasnya reaksi bernada marah serta kekecewaan masyarakat. Penguasa bukan hanya telah lupa segala amanah yang harus tinggi-tinggi dijunjungnya. Tetapi mereka juga lupa bahwa di atas kekuasaannya itu ada hukum alam dan kekuasaan Tuhan.


Para pelopor tradisi "cowongan" Desa Karangbenda menaiki Gunung Selok menuju situs pundhen Sumur Windu di Karangbenda [Foto: Arp-MKGS]

Menunggu karma, seperti menantikan hujan yang tak kunjung basahi bumi di tengah anomali. Mungkin ini memang siklus anomali cuaca biasa, namun manakala kemarau tak juga usai, meski telah melewati puncak musim bediding di bulan lalu; petani mulai cemas. Realitas ini membukakan mata hati beberapa pemuka di sebuah desa memupuskan tafakur keprihatinan panjangnya.

Desa itu bernama Karangbenda. Diantara ngarai dan pesisir desa ini terdapat perbukitan yang banyak ditumbuhi  pohon Nyamplung dan Mahoni; membentuk hutan di atas hamparan tanah merah dengan bebatuan karst kelabu putihHutan desa itu pun kini meranggas dipanggang kemarau.