April 2012
Sekilas Kisah Menak
Jayengrono / Amir Hamzah
Kisah Menak bersumber dari kesusastraan Persia berjudul
Qissa'i Emr Hamza yang muncul pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al Rasyid
(766-809)M. Cerita ini masuk ke Melayu dengan nama Hikayat Amir Hamzah dan
kemudian disasur ke dalam bahasa Jawa dengan nama Serat Menak.
Intisari Cerita Menak mengisahkan perjalanan kepahlawanan
Amir Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW, dalam memerangi orang-orang kafir sewaktu
menyebarkan agama Islam. Kisah ini mengalami berbagai pengkayaan dengan
sumber-sumber cerita di daeah penyebaran. Cerita kepahlawanan Amir Hamzah
muncul dalam kesusastraan Melayu sebelum tahun 1511 M dan dikenal luas pada
saat kerajaan Malaka mencapai kejayaan. Hikayat tersebut masuk ke Indonesia
sejalan dengan penyebaran agama Islam dan kemudian disadur menjadi kisah Menak.
Tidak diketahui secara pasti kapan dilakukan penyaduran
cerita dari Melayu ke dakam bahasa Jawa. Hanya saja, Serat Menak tertua yang
pernah ditemukan ditulis oleh Carik Narawita pada tahun 1639 J atau 1715 M atas
perintah Kanjeng Ratu Mas Blitar, Permaisuri Pakubuwana I. Akan tetapi tulisan
tersebut konon bukan teks asli, melainkan salinan dari teks yang lebih tua.
Di Jawa, kisah Menak yang pasti diperkirakan lahir pada
zaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram sekitar tahun 1613-1645 M. Sedangkan
dari sumber Melayu, penulisan cerita Menak diperkirakan terjadi pada abad ke-15
dan 16.
Penggunaan kata Menak sebagai sebutan untuk Amir Hamzah,
dapat dibandingkan dengan sebutan Menak Jingga pada serat Damarwulan. Dalam
sastra Jawa pertengahan yaitu sastra Kidung, kata Menak pun sudah muncul yang
berarti berbudi luhur, mulia, dan tampan. Serat Menak juga dipengaruhi Serat
Panji yang populer pada masa itu.
Dalam cerita Menak, nama-nama tokohnya disesuaikan dengan
nama Jawa seperti Omar bin Omayya menjadi Umar Maya, Qobat Shehriar menjadi
Kobat Sarehas, Badi'ul Zaman menjadi Imam Suwangsa, Mihrningar menjadi Dewi
Muninggar, Qoraishi menjadi Dewi Kuraishin, Unekir menjadi Dewi Adaninggar,
dan lain-lain.
Garis Besar Kisah Menak
Kisah Menak menceritakan permusuhan Amir Ambyah atau Wong
Agung Jayengrana yang berasal dari Mekah dengan Raja Nursewan yang juga
mertuanya dari Medayin. Raja Nursewan yang kafir tidak mau tunduk. Ia selalu
berusaha mencari bantuan dan perlindungan dari raja-raja lain yang mau memusuhi
Amir Ambyah sehingga terjadilah perang yang berkepanjangan.
Setelah tak ada lagi kerajaan yang perlu ditaklukkan,
Amir Ambyah kembali ke Medinah dan bertemu Nabi Muhammad. Ketika Madinah
diserang pasukan Medayin yang bersekutu dengan Raja Lakat dan Raja Jenggi, Amir
Ambyah maju ke medan perang dangugur sebagai prajurit Allah.
Marmoyo & Jiweng
Dalang Wayang Golek Menak Kebumen
Ki Shindu Djotarjono (seorang Dalang Wayang Golek
Kebumen) adalah sejarah kejayaan Wayang Golek didaerah Kebumen pada
tahun 1950 hingga 1980-an. Cerita yang dipentaskan diambil dari kisah Menak, maka terkenal
dengan nama Wayang Golek Menak khas Kebumen. Beliau belajar mendalang secara
otodidak turun temurun dari orang tuanya, dengan melihat mendengar dan belajar
sendiri tanpa ada pendidikan khusus. Beliau adalah keturunan dari dalang-dalang
terdahulu.
Pementasan Wayang Golek Menak di Museum Wayang Jakarta
Ki Kuswanto Shindu adalah dalang wayang golek menak
Kebumen, putra dari Ki Shindu Djotardjono.
Beliau seorang dalang sekaligus pembuat wayang golek.
Sekitar tahun 80an beliau mengawali karirnya menjadi dalang, hingga sekarang
ini beliau masih menekuni profesi tersebut, namun disamping itu beliau juga
sebagai pembuat Wayang Golek Menak, Wayang Wahyu, Wayang Golek Jawa, dan yang
baru-baru ini beliau menciptakan kreasi baru yaitu Wayang Golek Purwa.
Wayang Golek Purwo
Sumber: ChendyRock
0 komentar:
Posting Komentar