Sebuah Kenangan, oleh Jose Rizal Manua*
Bila anda pernah mengenalnya dari
dekat dan pernah berdiskusi dengannya secara mendalam tentang berbagai hal,
terutama yang menyangkut seni dan budaya, khususnya sastra dan teater, anda
akan berhadapan dengan seseorang yang kritis dan berwawasan luas. Itulah Wisran
Hadi, yang saya memanggilnya “Da Wis”.
Da Wis adalah
teman diskusi yang penuh argumentasi, teman ngobrol yang gemar mendengar, dan
teman bersenda yang pandai menerbitkan tawa.
Di samping
sebagai sastrawan dan budayawan, ia pun tokoh senirupa yang piawai sebagai sutradara. Di kancah “teater modern” Indonesia, Da
Wis mempunyai tempat tersendiri, dengan lakon-lakon yang “eksperimental”
sekaligus “kontemporer”.
Da Wis berhasil memadukan dramaturgi barat dengan
dramaturgi timur. Dengan pengetahuannya yang mendalam tentang teater modern, ia
mengaktualisasikan Randai, yang bentuknya bisa kita temui pada semua
lakon-lakon yang ditulisnya.
Sebut saja; Puti Bungsu - Wanita Terakhir, Anggun
Nan Tongga, Malin Kundang, Jalan Lurus, Roh dan Nyonya2, Wayang Padang, atau
lakon yang terhimpun dalam Empat Sandiwara Orang Melayu, atau Empat Lakon
Perang Paderi, semua memenuhi persyaratan dalam dramaturgi teater barat; yang
melingkupi plot, struktur dramatik, karakter dan setting peristiwa.
Bagi saya, Da Wis
adalah guru yang patut ditiru, Uda yang membuka cakrawala, sekaligus sahabat yang membuat kita selalu mengingatnya.
Lakon monolog Da
Wis yang sangat ingin saya pentaskan berjudul Dokter Anda yang sangat kekinian.
Di mana Da Wis mengaktualisasikan tradisi dengan caranya yang unik, yaitu,
tidak membenarkan yang salah, tapi tanpa kebencian.
“Tradisi jangan hanya ditempatkan sebagai pajangan, tapi harus dihidupkan dengan nafas kekinian. Agar menjadi segar kembali”. Ujarnya di suatu kesempatan.
Sebagai sastrawan
dan budayawan yang rendah hati Da Wis senang berbagi, tanpa harus menggurui.
Ngobrol dengan Da Wis mengasyikkan, pengetahuannya luas dan pemahamannya
tentang tradisi sangat mendalam. Terutama yang menyangkut budaya Minangkabau.
Dan di sana-sini selalu diselingi dengan humor-humor yang segar. Da Wis selalu
memberi ruang pada lawan bicaranya, sehingga kita bisa betah “ngobrol”
berlama-lama.
Saya kira
sumbangan Da Wis terhadap perkembangan Teater Modern Indonesia adalah niscaya
dan mewujud dalam karya-karyanya yang spesifik, unik dan indah.
Karya-karya
Wisran Hadi (Da Wis), tidak hanya berupa lakon-lakon drama, akan tetapi juga
berupa novel, cerpen, puisi dan esai; yang kesemuanya bertolak dari unsur-unsur
dramaturgi, yang mengandung kedalaman akan pemahaman “antropologi”.
Selamat jalan, Uda yang baik. Semoga mendapat tempat yang indah di sisi-Nya. Kenangan padamu, Da Wis, senantiasa tertanam di sanubari.
Jose Rizal Manua, M. Sn, Staf
Pengajar IKJ dan Pendiri/ Sutradara Teater Tanah Air
0 komentar:
Posting Komentar