Soebijanto - October 14, 2018
Sosok “Perempuan” diciptakan untuk menemani serta untuk
menciptakan rasa tentram dan damai bagi Adam pada kehidupan di dunia ini. Ya,
semuanya ini tergambar dengan jelas dalam Tari Tambang Raras yang merupakan
sebuah tari kontemporer dengan basic tari tradisi yang menceritakan tentang
perjuangan seorang wanita yang ingin menemukan jati dirinya sehingga derajatnya
setara dengan para kaum Adam yang sesungguhnya di dunia ini.
Sebuah karya tari dari Nungki Nur Cahyani yang
ditampilkan pada acara Suro
Bulan Kebudayaan 2018 di Museum Radya Pustaka pada hari Kamis,
tanggal 11 Oktober 2018 yang mengambil tema “Nutup Bulan Suro”.
Tarian ini diciptakan pada tahun 2018, yang pertama kali
diciptakan untuk dipentaskan di Sigi Sulawesi Tengah pada event Festival Bunyi
Bungi, sebuah festival adat dan tradisi di Kabupaten Sigi yang berkaitan erat
dengan Bungi melalui seni pertunjukan musik dan ritual.
Nungki Nur Cahyani lahir di Purworejo, menempuh studi
formal tari di SMKI Surakarta (SMKN 8 Surakarta now) lalu melanjutkan di STSI
(ISI) Solo, pernah menempuh studi diprogram Pasca Sarjana UGM Jurusan Kajian
Budaya dan Media (tidak lulus/mengundurkan diri) hingga kini masih aktif di
kesenian sebagai koreografer dan penari kontemporer, serta berteater.
Dalam Tari Tambang Raras ini, Nungki terinspirasi dari
sosok Tambang Raras dalam Serat Centhini, dimana perempuan harus berani terus
belajar dalam hidupnya tidak hanya persoalan seni bercinta dan pelayanan
terhadap suami.
Tapi seorang perempuan juga harus mengerti agama dan
keyakinan, ekonomi, meramu obat, politik, bahkan berani menjadi seorang
pengembara untuk mampu melihat luas dunia yang tak hanya berkutat pada seputar
sumur, dapur dan kasur.
Komposisi internal Tari Tambang Raras terdapat gambaran
tentang kesejatian dalam hidup seorang wanita melalui ratus wangi yang biasa
dipergunakan sebagai pewangi tubuh perempuan, daun jati menggambarkan tentang
kesejatian dalam hidup seorang perempuan serta gambaran pemaknaan pesona
seorang perempuan yang mampu menentukan jalan kehidupan di dunia ini.
Gerak dan pola lantai yang dipergunakan dalam Tari
Tambang Raras menggunakan ragam gerak tari tradisi yang sangat variatip dan
dinamis yang dikembangkan, dengan menggunakan properti daun jati dan
tungku ratus wangi.
Busana yang dipergunakan berupa kostum sederhana dengan
kain dan kemben, dengan pemilihan warna hitam dengan aksen warna merah pada
ikat pinggang dan sentuhan sumping kudup sebagai perhiasan, hal ini semua untuk
menampilkan sosok perempuan yang sederhana dan elegan.
Iringan gendhing yang mengiringi tarian ini menggunakan
campuran bunyi instrument alat musik tradisional yang dikomposisikan secara
elektronika, dengan mediumnya di dominasi pada garapan musik Jawa.
Sebuah tarian yang syarat akan makna dalam kehidupan yang
berisi edukasi yang memuat tentang norma-norma yang dapat dijadikan panutan
bagi para perempuan untuk tampil sempurna, yang diharapkan mempunyai rasa
percaya diri untuk menjadi seorang yang benar-benar “perempuan” secara
utuh, ujar Nungki Nur Cahyani. (Soebijanto/reog biyan)
Sumber:
My Image
0 komentar:
Posting Komentar