Oleh: Reza Fitriyanto
Pertunjukan wayang potehi di Ketandan, Yogyakarta. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Wayang potehi merupakan seni pertunjukkan hasil budaya
peranakan Tionghoa – Jawa. Terbuat dari kayu waru atau kayu mahoni lunak dan
dibalut aneka kostum khas Negeri Tirai Bambu, wayang potehi menjadi salah satu
pertunjukan seni yang paling ditunggu saat Imlek tiba.
Kencringan irama simbal cina di sudut Kampung Ketandan
malam itu menarik hati. Tampilannya sangat menyita pandangan. Bunyinya memecah
suasana, seolah-olah ingin menarik perhatian semua pengunjung yang memadati
tempat dilangsungkannya acara Pekan Budaya Tionghoa ke-XI di Kampung
Ketandan, Malioboro, Yogyakarta.
Sebagian dari mereka yang tengah lalu-lalang menyempatkan
diri untuk berhenti sejenak menyaksikan pentas wayang potehi, sebuah kesenian
klasik yang lahir di negeri Tirai Bambu.
Seorang wisatawan sedang mendokumentasikan pertunjukan wayang potehi di
Ketandan, Yogyakarta. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Lenggak-lenggok boneka wayang potehi secara perlahan
muncul dari panggung yang berupa bilik kecil berwarna merah menyala. Tak lama
kemudian, sosok sang ksatria keluar. Dialah Jenderal Sie Djien Kwie Tjeng See,
seorang panglima besar dari Kerajaan Tai Tong Tiaow yang menjadi lakon cerita
pentas wayang potehi malam itu. Dengan jubah perang kebesarannya, sang jenderal
menumpas habis semua musuh yang dihadapinya.
Kian malam para penonton kian bertambah. Purwanto yang
bertindak sebagai dalang pada kesempatan itu makin semangat. Aksi Pria asal
Kediri, Jawa Timur, dalam memainkan boneka wayang potehi terlihat makin
berapi-api. Secara bergantian, satu per satu tokoh boneka wayang potehi
miliknya unjuk muka di hadapan penonton. Sesekali aksinya mendapat sorakan
gembira dari anak-anak yang dengan antusias menyaksikan pentas kesenian dari
negeri Tiongkok malam itu.
Purwanto, dalang wayang potehi dari Jombang menunjukan tokoh wayang
Jenderal Sie Djien Kwie Tjeng See yang merupakan yang menjadi lakon atau tokoh
utama pementasan. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Pentas kesenian wayang ini rutin diselenggarakan oleh
panitia Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta sebagai wahana untuk memeriahkan
perayaan Tahun baru Imlek di kampung pecinan Ketandan. Kehadiran wayang potehi
dalam kesempatan ini menjadi warna tersendiri di tengah hiruk-pikuk bazar dan
riuh suasana jual beli jajanan pasar malam yang dijajakan warga.
Wayang Potehi merupakan kesenian klasik yang berasal dari
negeri Tiongkok bagian Selatan. Kesenian wayang potehi sendiri telah ada sejak
zaman kekaisaran Cina, tepatnya sejak masa Dinasti Jin pada tahun 265 hingga
420 Masehi. Menurut asal katanya, potehi berasal dari kata pou yang
berarti kain, te yang berarti kantong, dan hi yang berarti
wayang. Jadi potehi adalah wayang yang terbuat dari boneka kain atau wayang
kantong.
Berdasarkan catatan sejarah, masuknya kesenian wayang
potehi ke nusantara dibawa oleh perantau Tionghoa. Kemudian lambat laun
kesenian wayang potehi melebur dengan budaya masyarakat setempat. Kini, wayang
potehi telah berakulturasi menjadi sebuah kesenian lokal mewakili satu di
antara keberagaman identitas bangsa Indonesia.
Deretan tokoh wayang potehi yang berjajar di balik panggung, tampak
tokoh utama Jenderal Sie Djien Kwie Tjeng See dengan jenggot panjangnya berada
di tengah. (Reza Fitriyanto/Maioloo.com)
Suatu kisah menceritakan bahwa asal muasal ditemukannya
kesenian wayang potehi ini berasal dari seorang terpidana eksekusi mati saat
tengah berada dalam pesakitannya di dalam pejara. Di tengah keluh kesah menanti
ajalnya, salah satu dari beberapa terpidana mati tersebut berusaha menghibur
diri dengan mengambil perkakas yang ada di dalam penjara. Kemudian perkakas
penjara tersbut ditabuh untuk mengiringi permainan wayang yang saat itu
menggunakan kain atau kaos tangan.
Keunikan permainan wayang kain yang dimainkan dengan
tangan oleh para terpidana mati tersebut lantas terdengar hingga ke telinga
sang Kaisar. Sang Kaisar pun memanggil mereka, para terpidana mati tersebut,
untuk mementaskan pertunjukan secara langsung di hadapan sang Kaisar. Seusai
mementaskan permainan wayang kain, tak dinyana sang Kaisar merasa sangat terhibur.
Pengampunan pun keluar dari sang Kaisar. Hukuman eksekusi mati para nara pidana
tersebut kemudian dicabut.
Di Balik Panggung
Wayang Potehi
Deretan boneka wayang berjajar rapi di atas sebuah kotak
perkakas yang berada di belakang singgasana panggung sang dalang. Di samping
kanan dan kirinya terdapat para pemusik pengiring pementasan. Suasana di balik
panggung pentas wayang ini tak seperti tampilan depannya. Dari balik panggung
ini, terlihat dengan jelas tingkah dan gestur sang dalang yang sangat ekspresif
memainkan boneka wayang potehi.
Saking bersemangatnya, sesekali peluh menetes dari kening
sang dalang. Di sampingnya sang asisten membantu dengan sigap. Tangan sang
asisten saat memainkan boneka wayang potehi hampir sama lihainya seperti sang
dalang yang tentunya jauh lebih senior. Canda tawa sesekali terlepas di balik
panggung ini tatkala sang dalang mengeluarkan celotehan humornya.
Seorang dalang wayang potehi sedang beraksi di balik panggung. (Reza
Fitriyanto/Maioloo.com)
Dari balik panggung inilah wajah sesungguhnya pentas
wayang potehi. Purwanto dan kawan-kawannya yang tergabung dalam kelompok Fuk Ho
Ann dari Jombang ini adalah wujud dari segelintir orang yang masih peduli akan
kehadiran kesenian wayang khas Tiongkok ini. Dari tangan Purwantolah hadir
tokoh-tokoh pewayangan cina yang berkisah tentang cerita rakyat dari negeri
yang masyur akan perdagangannya. Dari kecintaan mereka pula kesenian klasik
peninggalan zaman kekaisaran Negeri Tirai Bambu ini hadir di hadapan kita.
Traveller’s Note
·
Pentas wayang ini rutin diselenggarakan tiap
tahun di acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang diselenggarakan di Kampung
Ketandan, Malioboro, Yogyakarta.
·
Pertunjukan Wayang Potehi berlangsung tiap hari
selama perayaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta berlangsung, mulai pukul 18.30
WIB.
·
Bagi kamu yang ingin mengabadikan atau sekedar
menikmati pementasannya, datanglah lebih awal agar dapat tempat duduk paling
depan.
·
Sebelum duduk menikmati pementasan Wayang
Potehi, kamu bisa terlebih dahulu menikmati bazaar dan jajanan pasar yang ada
di sepanjang gang kampung Ketandan saat perayaan Pekan Budaya Tionghoa
Yogyakarta berlangsung.
0 komentar:
Posting Komentar