Oleh : Lia H. Yulius
Festival Teater Jakarta 2016 kali ini berlangsung di
Plaza Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki selama 19 hari dari 16 November
- 9 Desember 2016, diramaikan 26 group teater. Selain menggelar
pertunjukan FTJ 2016 juga menyelenggarakan beragam lokakarya yang
terbuka untuk umum, seperti lokakarya sensor gerak, fotografi seni
pertunjukan, jurnalisme seni pertunjukan, dan riset teater lewat jalan
mural. Selain itu, masih ada pula program kurotarial FTJ 2016, pameran
dan diskusi arsip, pasar seni dan kafe aktor.
FTJ 2016 kali ini bertema Transisi, diambil sebagai upaya untuk melepas batas antara tradisional dan modern. Dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrim, misalnya ketika teater modern dipilih, maka teater tradisional ditinggalkan. Padahal teater tradisional saat ini masih ada dan memiliki pasarnya, menurut pernyataan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, Afrizal Malna. Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ saat ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga pelaku seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekedar sebagai lomba. “Kami ingin FTJ lebih dari sekedar lomba. Diharapkan kelompok teater yang tampil bisa memposisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungan,” ujar Afrizal.
Dengan melepas batas, diharapkan teater-teater tradisional bisa terlibat lagi dengan perubahan-perubahan yang terjadi sekarang. Para pelaku teater yang terlibat dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional, diharapkan bisa menghasilkan karya yang melepas batas-batas antara tradisional dan modern.
Pada malam pembukaan tanggal 21 November 2016 nanti akan berlangsung pentas kolaborasi sejumlah seniman berjudul T.T.T (To the Tit) yang disutradarai Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturg Taufiq Darwis (Bandung), dan Ensamble Tikoro (Bandung). Selama pertunjukan itu berlangsung, sekaligus akan merespons instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna (Denpasar).
Sementara pada malam penutupan 9 Desember 2016 nanti, selain dibacakan pemenang FTJ 2016, penonton juga akan dihibur dengan penampilan kelompok teater hyper-performance Muda dari Jepang dengan karya berjudul SEMEGIAI Random 02. “Ini merupakan terobosan bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media dan keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater” kata Afrizal Malna.
Kelompok-kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 akan terbagi ke dalam “empat sayap”:
FTJ 2016 kali ini bertema Transisi, diambil sebagai upaya untuk melepas batas antara tradisional dan modern. Dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrim, misalnya ketika teater modern dipilih, maka teater tradisional ditinggalkan. Padahal teater tradisional saat ini masih ada dan memiliki pasarnya, menurut pernyataan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta, Afrizal Malna. Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ saat ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga pelaku seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekedar sebagai lomba. “Kami ingin FTJ lebih dari sekedar lomba. Diharapkan kelompok teater yang tampil bisa memposisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungan,” ujar Afrizal.
Dengan melepas batas, diharapkan teater-teater tradisional bisa terlibat lagi dengan perubahan-perubahan yang terjadi sekarang. Para pelaku teater yang terlibat dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional, diharapkan bisa menghasilkan karya yang melepas batas-batas antara tradisional dan modern.
Pada malam pembukaan tanggal 21 November 2016 nanti akan berlangsung pentas kolaborasi sejumlah seniman berjudul T.T.T (To the Tit) yang disutradarai Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturg Taufiq Darwis (Bandung), dan Ensamble Tikoro (Bandung). Selama pertunjukan itu berlangsung, sekaligus akan merespons instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna (Denpasar).
Sementara pada malam penutupan 9 Desember 2016 nanti, selain dibacakan pemenang FTJ 2016, penonton juga akan dihibur dengan penampilan kelompok teater hyper-performance Muda dari Jepang dengan karya berjudul SEMEGIAI Random 02. “Ini merupakan terobosan bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media dan keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater” kata Afrizal Malna.
Kelompok-kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 akan terbagi ke dalam “empat sayap”:
- Sayap Utama berisi penampilan 16 grup teater yang menjuarai babak penyisihan Festival Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta.
- Sayap Tamu menampilkan empat kelompok teater undangan, yaitu Jaring Project (Yogyakarta), Artery (Jakarta), Padepokan Seni Madura (Madura), Sena Didi Mime Indonesia (Jakarta).
- Sayap Klasik adalah pentas grup-grup teater traditional yang hingga kini masih bertahan di Jakarta, yaitu Lenong Denes Puja Betawi, Sahibul Hikayat Ita Saputra, Wayang Orang Bharata, Sandiwara Sunda Miss Tjitjih.
- Sayap Perspektif akan menampilkan dua kelompok di malam pembukaan (kolaborasi seniman) dan penutupan (kelompok Muda dari Jepang).
Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno menyambut baik kerja keras Komite Teater DKJ untuk mengakomodasi program-program berskala nasional maupun international. Kerja sama DKJ dengan berbagai pihak bertujuan mencapai posisi tawar terbaik bagi dunia kesenian. “Kami ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (daerah dan nasional) untuk menjadikan kembali kesenian sebgai aspek penting dan strategis bagi kehidupan,” kara Irawan.
Kepala Bidang Sumber Daya Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Supriyatin, mengatakan bahwa instansinya sangat mendukung berbagai kreativitas seni melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Buka hanya FTJ, tetapi kami juga mendukung kegiatan teater lain, di antaranya Festival Teater SMA dan Festival Teater Anak. “Melalui Unit Pelaksana Pusat Pendidikan Seni Budaya, kami bekerja sama dengan para seniman untuk melakukan pelatihan-pelatihan bidang teater,” kata Supriyatin.
FTJ 2016 diselenggarakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakata dan didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Dukungan juga datang dari Badan Ekonomi Kreatif, media massa dan pihak-pihak lainnya.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan FTJ 2016, silahkan mengunjungi website: Festival Teater Jakarta , atau menghubungi:
- Bayu Kandi Communication (088213098062)
- Utami Kandil Communication (085691040782).
Editor: Paul M Nu
http://kbr.id/dari_pojok_menteng/11-2016/_advertorial__festival_teater_jakarta_2016_transisi/86843.html
0 komentar:
Posting Komentar