SLEMAN, suaramerdeka.com – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman terus melakukan revitalisasi kesenian langka di daerahnya. Sampai saat ini sudah ada tujuh jenis kesenian yang dihidupkan kembali.
Kabid Kesenian Dinas Budpar Sleman Edy Winarya menerangkan, tujuh kesenian itu antara lain dhadhungawuk dan wayang topeng pedalangan di Kecamatan Kalasan, serta jabur dan trengganon di Minggir. Lainnya adalah kesenian peksi mot dari Kecamatan Tempel, wayang beber dari Ngemplak, dan langentoyo dari Turi.
“Kesenian tersebut perlu digiatkan kembali karena selain unik, keberadaannya juga sangat langka. Hasil proses revitalisasinya juga sudah dipentaskan,” kata Edy, Selasa (4/11).
Dia menambahkan, revitalisasi itu dimaksudkan untuk meningkatkan peran dan fungsi unsur budaya lama yang masih hidup di masyarakat dalam konteks masa kini dengan tetap mempertahankan keaslian. “Intinya adalah mengangkat kembali kesenian yang hampir punah, minimal dengan cara dokumentasi secara tekstual maupun visual,” terangnya.
Kepala Disbudpar Sleman Ayu Laksmidewi menilai program revitalisasi perlu dipertahankan. Terlebih di tengah kondisi maraknya budaya dari luar yang berimbas mengikis kesenian lokal. Setelah berhasil, kesenian hasil revitalisasi juga harus terus dijaga bahkan dikembangkan. Salah satu upayanya melalui pementasan reguler.
“Sekarang ini banyak generasi muda yang tidak kenal kesenian sendiri bahkan mereka sering lupa identitasnya sebagai orang Indonesia,” kata Ayu.
Dia berharap kegiatan ini bisa memberikan edukasi sekaligus menyadarkan agar mau melestarikan potensi budaya lokal. Pihaknya juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk melaporkan ke dinas jika mendapati kesenian lokal yang layak untuk dilestarikan atau hampir punah. Hasil laporan itu akan dikaji oleh tim dinas.
(Amelia Hapsari/CN19/SMNetwork)
Sumber http://berita.suaramerdeka.com/7-kesenian-langka-dihidupkan-kembali/
0 komentar:
Posting Komentar