15 Mei 2014 07:20 | Berric Dondarrion
Terus terang pemilu tahun ini adalah yang paling menarik sepanjang reformasi dan semuanya bermula dari kegelisahan banyak pihak terhadap potensi pencapresan seorang Prabowo. Menurut saya terlepas dari nantinya Prabowo terpilih atau tidak, dia harus bangga sebab begitu banyak operasi intelijen dan strategi-strategi disusun demi menjegal langkahnya termasuk kampanye bertema HAMBURGER yang sebenarnya sudah tidak berhasil namun akan terus diulang dengan harapan repetisi topik yang sama akan mencuci otak masyarakat..
Sumber: Kompasiana
Terus terang pemilu tahun ini adalah yang paling menarik sepanjang reformasi dan semuanya bermula dari kegelisahan banyak pihak terhadap potensi pencapresan seorang Prabowo. Menurut saya terlepas dari nantinya Prabowo terpilih atau tidak, dia harus bangga sebab begitu banyak operasi intelijen dan strategi-strategi disusun demi menjegal langkahnya termasuk kampanye bertema HAMBURGER yang sebenarnya sudah tidak berhasil namun akan terus diulang dengan harapan repetisi topik yang sama akan mencuci otak masyarakat..
Menjelang detik-detik terakhir pendaftaran koalisi dan
pasangan capres-cawapres begitu banyak intrik dan serangan terhadap Poros
Gerindra. Anggota koalisi yang tadinya sudah begitu solid terus digoyang
sementara aksinya mencari anggota baru seperti dijegal oleh kekuatan tidak
terlihat.
Salah satu aksi menggoyang koalisi itu dilakukan oleh
salah satu pendiri PAN sejak bernama MARA yang sudah lama tidak aktif, Goenawan
Mohamad yang mengeluarkan pernyataan mengundurkan diri dari PAN karena Hatta
Rajasa maju bersama Prabowo dan hal tersebut menghianati semangat reformasi
sebagai alasan berdirinya PAN.
Mundurnya Goenawan Mohamad memang sengaja dirancang
supaya terdengar menghebohkan dan menggemparkan, namun sayang Goenawan Mohamad
tidak memiliki kharisma dan nama baik yang cukup untuk membuat orang berpikir
PAN kehilangan aset terbaiknya, toh sebagaimana diakui Goenawan Mohamad
sendiri, dia sudah lama tidak aktif sehingga sudah lama tidak ikut mengurus
kegiatan PAN, sehingga tidak layak bila dia tiba-tiba protes terhadap suatu
keputusan yang dibuat PAN yang menurutnya melanggar visi dan misi pendirian
PAN. Kemana saja boss?
Lagipula siapa Goenawan Mohamad sehingga dia merasa
penting dan layak menjadi polisi moral bagi rakyat Indonesia? Dokumen wikileaks
memang menyebutnya sebagai "crusader for press freedom", namun kita
tahu bahwa Goenawan Mohamad tidak pernah berani melawan pembredelan rezim
Soeharto, setidaknya tahun 1970 sampai 1980akhir.
Apa yang membuat berubah sehingga tahun 1994 seorang
Goenawan Mohamad seolah makan nyali macan dan melawan Soeharto?
Karena jaminan perlindungan Benny Moerdani yang
tersingkir dari Orde Baru dan merupakan teman dekat Fikri Jufri. Selain itu
Goenawan Mohamad juga mendapat uang dari Amerika melalui USAid demi melemahkan
pemerintahan Indonesia sebesar US 300,000 dan dari uang ini berdirilah lembaga
khusus fitnah terhadap Orde Baru bernama Komunitas Utan Kayu, SiaR dan Institut
Studi Arus Informasi/ISAI.
Goenawan Mohamad juga memasang beribu topeng di wajahnya
dan seolah memiliki kepribadian ganda, sebab di satu sisi dia adalah anggota
Manifest Kebudayaan/Manikebu yang melawan Lekra dan komunis; namun di sisi lain
ketika Goenawan Mohamad bersitegang dengan Taufik Ismail sesama teman dari
Manikebu terkait majalah Horison, dia malah merangkul elemen-elemen ex Lekra
seperti Pramoedya Ananta Toer dan melalui ISAI menerbitkan banyak buku
apologetika kaum komunis termasuk buku putih berisi fitnahan yang terkenal dari
John Rossa berjudul Pretext to Mass Murder yang isinya hanya sekedar mengambil
alih teori yang terbukti salah milik Wertheim.
Keranjingannya kepada usaha menutup "kesalahan"
kepada komunis menyebabkan Goenawan Mohamad ikut membantu Carmel Budiardjo, ex
PKI dan istri Budiardjo yang menyelundupkan senjata untuk pasukan G30S/PKI membuat
film The Act of Killing yang disponsori organisasi milik Carmel Budiardjo,
Tapol UK, dengan tujuan mendiskriditkan dan menjelek-jelekan nama Indonesia di
forum internasional. Sebagai anak didik agen CIA bernama Ivan Kats tampaknya
perbuatan semacam ini bukan hal aneh bagi Goenawan Mohamad.
Di kalangan seniman seorang Goenawan Mohamad juga hanya
dihormati di Komunitas Salihara dan Komunitas Utan Kayu/KUK yang dibangunnya.
Bagi kalangan seniman non Salihara dan KUK melihat Goenawan Mohamad adalah
orang yang arogan, congkak dan merasa paling mengerti seni. Tidak jarang
Goenawan Mohamad menyebut karya seniman lain dengan sindiran kasar seperti
majalah Boemiputra yang dibuat penyair Wowok Hesti Prabowo dan disebut Goenawan
Mohamad sebagai tidak lebih dari coret-coretan di toilet. Wah, hebat sekali,
hanya tulisan Salihara dan KUK yang karya sastra, lainnya coretan di toilet!
Selain itu ada Saut Situmorang yang mengkritik politik
seni hanya untuk KUK dan Salihara ala Goenawan Mohamad seperti terbukti gagal
masuknya Wowok Hesti Prabowo, Ahmadun Herfanda dan Radhar Panca, semuanya
seniman non Salihara dan KUK sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta tahun 2006
yang dikuasai sepenuhnya oleh orang-orangnya Goenawan Mohamad seperti Marco K,
Ayu Utami, Nukila Amal dll (sama seperti AJI dibentuk dan kemudian dikuasai
orangnya Goenawan Mohamad dan Tempo).
Selanjutnya Saut Situmorang juga mengkritik acara
internasional yang diadakan KUK tema "Temu Sastra Internasional" di
Taman Budaya Surakarta, Solo namun tidak ada satupun sastrawan lokal dari Solo
yang dilibatkan untuk ikut di acara tersebut. Sebagai wujud protes, Saut
membuat petisi yang ditanda tangani seniman lokal dan membagi-bagikan kepada
peserta acara, yang dibalas oleh Goenawan Mohamad melalui mesin politiknya, Tempo
yang kemudian menerbitkan berita mengenai tindakan Saut dan seniman lokal Solo
sebagai cemburu dan iri hati karena tidak diundang tanpa mewawancarai Saut dan
satu-satunya narasumber adalah Goenawan Mohamad sendiri. Luar biasa!
Kritik-kritikan terhadap Goenawan Mohamad masih banyak
lagi, termasuk pembelaan Tempo terhadap kasus pemerkosaan yang dihadapi
petinggi Salihara, Sitok Srengenge dengan menurunkan berita seolah pemerkosaan
terjadi suka sama suka; menurunkan berita tidak benar bahwa MUI menerima suap
dari Australia untuk sertifikat halal; dan menempatkan mantan Presiden Soeharto
sebagai Yesus, Tuhan umat Kristen dalam cover edisi meninggalnya mantan
Presiden Soeharto dan lain sebagainya.
Jadi menjawab judul pertanyaan ini, Memang Siapa Goenawan
Mohamad? Anda sudah bisa menjawab sendiri.
Sumber: Kompasiana